Rabu, 21 Desember 2011

seperti

Seperti menggambar pada kertas buram secara sepihak dan tidak dapat dibuat hal final karena memang tidak mempunyai apapun untuk dijadikan dalam bentuk akhir.
Seperti membuat sebuah novel tentang seorang kesatria tanpa anda tau seperti apakah kesatria itu akan dibuat.
Seperti halnya membuat sebuah eksperimen pembedahan pada tikus tanpa mempunyai seekor tikuspun untuk diolah.
Seperti seorang atlit panjat tebing yang dengan semangat membara terus mendaki tanpa dia tahu bahwa tebing yang dia daki adalah tak berujung.
Seperti seorang superhero saat dia melawan musuh yang tanpa dia sadari musuh itu adalah dirinya sendiri.
Seperti seorang super star yang sangat berkilauan di atas panggung dan dipuja banyak wanita tanpa tau bahwa dirinya sedang bermimpi.
Banyak sekali kata seperti yang menggambarkan kamu.

" saya tidak akan pernah menyerah sampai kapanpun, terkecuali sudah pada saat dimana diungkapkan bahwa jalan sudah tertutup rapat.. tidak akan ada penyesalan ataupun rasa pesakitan karena yang ada adalah keadaan dimana sudah saatnya menarik semuanya dan pergi dengan berbahagia.. tapi berbeda hal jika tidak disampaikan"

Terlentang Dalam Menunggu

Mengalokasikan sebagian waktu yang dipunya untuk diberikan kepada suatu hal, hmmm.. itu menurut saya pengertian dari menunggu, mungkin memang apabila saya telaah lebih dalam bukan hanya masalah alokasi waktu, tapi juga tenaga dan beberapa space dari hati akan terkuras untuk hanya bisa mengamini kata menunggu itu sendiri. Memang sudah terlalu sering akhir akhir ini melakukan ritual "menunggu" yang didedikasikan mulai dari hal lumrah seperti pekerjaan, sampai hal yang kurang lumrah seperti halnya perasaan.

Dalam suatu ketika dimana semua berkumpul didalam tempurung tengkorak dan mereka berteriak untuk diumbar keluar, tercetus sebuah kekalutan yang memang sudah tidak bisa lagi dielak dan dihindari.. ya saya katakan itu "stuck". Memang kondisi ini mengharuskan si penderita tidak dapat berpikir untuk mencari jalan keluar dan beristirahat untuk sekadar berhayal bahwa pintu keluar itu ada di ujung jari yang saya tunjuk, tetapi memang dibutuhkan sebuah kesabaran lebih untuk tidak mengikuti arah penyempitan pikiran.

Di blog ini memang saya tidak menulis tentang hal hal yang formal, berat, ataupun penting, tapi di blog ini saya menulis apa yang jadi buah pikiran saya saat ini. Saya contohkan adalah pekerjaan yang saya lakukan dan saya akui sedikit bodoh adalah urusan "menunggu" seseorang yang berkaitan dengan perasaan. Mengapa bodoh? saya jawab adalah karena masih banyak hal yang lebih penting untuk dikerjakan selain hal ini dan masih begitu banyak bidang bidang kajian dalam hidup yang lebih bermanfaat untuk dilakukan dan dipelajari, tapi memang ternyata saya hanya manusia biasa yang terkadang merasakan perpindahan orientasi pemikiran begitu cepat termasuk untuk memikirkan hal yang bodoh ini.

Saya sedikit ibaratkan bahwa saya sedang melempar sebuah bola karet untuk dipantulkan kepada tembok besar, tapi ternyata sang bola tidak memantul kembali.. apa jadinya? ya jadinya adalah hal yang disebut searah, atau jika saya asosiasikan dengan jaringan internet itu mungkin anda akan merasakan kekesalan saat membuka situs di sebuah browser dan jaringan anda hanya mengatakan "sent" tanpa ada kata "receive" dan yang anda dapatkan hanya "diam". Terlentang dalam menunggu, berdiri dalam diam..... itu yang saya lakukan saat ini, bukan karena saya ingin, namun saya tidak dapat melakukan hal apapun yang dikarenakan memang belum ada yang saya bisa lakukan. Kesal? ya saya kesal... tapi ya sudahlah..


" Saya harap saya tidak akan merasa cukup untuk menunggu, karena rasa saya masih ada pada tempatnya "