Minggu, 04 Maret 2012

tertinggal

Layu serayu membidik sebuah kesenjangan emosi untuk dihangatkan disini, karena tertinggalnya secercah jiwa di tempat peraduan sejati. Penghitaman sukma sedang merasuk dan menjadi topik cukup utama kini, tak ayal memang sebagian ini sudah ditinggalkan disana hingga selesai nanti. Dengan separuh yang ada disini saya menulis untuk terus membakar dan meregenerasi hingga satu kembali dan tetap menunggu untuk 100 tertawa dan tertidur pulas disana dengan pasti.

jakarta 5 maret 2012
"semoga Allah melindungi apa yang sementara ditinggal disni"

Rabu, 11 Januari 2012

antara cinta, cita, dan cerita

sekarang 12 januari 2012 di pagi hari tepat sekali pukul 00.00 WIB di sebuah ruangan nyaman tempat bekerja sahabat di Bandung utara.

Tulisan ini dimulai dengan sebuah kisah....
Tepatnya sekitar akhir bulan di tahun kemarin terucap kata yang sebenarnya adalah kata yang tidak usah diutarakan pada seorang dara, tetapi tidak akan ada tulisan ini jika memang waktu itu tidak ada kata yang terucap.

Antara cinta, cita dan cerita.
Ada korelasi diketiga kata yang menjadi topik utama tulisan ini, akan saya ungkapkan semuanya.

Bagian pertama : Cinta

Tepatnya sekitar tahun 2006 saya melihat dia, dibawah hamburan daun daun kering jatuh dan sebuah lapangan dengan senyumnya yang naif dia mewarnai imaji ketika itu. Semuanya berwarna dan beralaskan suka di sudut pandang saya sebagai penikmat, tapi tidak ternyata darinya, saya hanya seorang alien yang gerak geriknya tidak terlihat bahkan nyaris tak berbentuk. Tahun tahun berlalu saya simpan rasa untuknya di dalam space yg tidak dapat dibangunkan hanya jika saya ingin pada nantinya, masa berlalu dan cinta cinta lain yang saya lumrahkan sebagai seorang manusia terus berlalu, wanita wanita berlalu satu persatu menandakan perjalanan saya tidak hanya berhenti sampai di satu titik buram yang tak jelas arahnya.
Rasanya tidak pernah saya bayangkan bahwa saya sudah menyimpan rasa sedari dulu, namun memang tidak dihiraukan inilah yang menjadi bumerang bagi saya. Tak bisa diingat bahwa berapa kali saya memperhatikan dia tanpa sadar dan terus menerus melihat perkembangan yang ada, hingga akhirnya saya tahu bahwa dia memang sudah tak lagi berdua.
Mungkin karena hanya diwaktu yang sama sama kosong maka dari itu saya mulai menebarkan fokus saya padanya dan inginnya berharap untuk dibangkitkan rasa yang saya simpan selama ini. Komunikasi mulai dibangun, gelak tawa mulai dihidupkan, raut senyumnya mulai ditangkap lensa buatan Tuhan untuk disimpan di space memori kehidupan dalam otak, nada dan intonasinya berbicara, dan tentunya matanya yang saya suka turut hadir menemani perjalanan saya baginya. Saya taruhkan rasa ini menjadi sebuah cinta pada perdagangan resiko perasaan yang riuh dengan suara dengung sakit. Saya memang bodoh tatkala menutup telinga dan mata saat ternyata keadaan dari awal tak memungkinkan untuk dijalani, tapi bagaimana lagi sudah saya taruhkan dimeja dimana suatu saat akan dijatuhkan sanksi.
Dia sangka adalah tiba tiba, tapi tak mengapa buat saya cinta ini tidak datang dengan tergesa gesa.

Bagian kedua : Cita

Saya hanyalah manusia dengan segala keterbatasan yang nyata, dimana sesaat dipertaruhkan maka akan muncul cita untuk sebuah keterangan yang merujuk pada kebahagian. Tak banyak saya agungkan cita, karena memang tak bisa dijadikan sebuah berhala untuk disembah dan terus disiram agar tetap berkembang. Cukup tulisan tentang cita habis disini.

Bagian terakhir : Cerita

Dia tetap pada imajinya bahwa cinta saya adalah jamak dan dapat diperbuas kepada siapapun dengan segera. Dan siapapun yang melihat akan langsung berkonspirasi untuk sebuah afirmasi dari argumen ini dan saya tidak akan menyangkal.
Namun pembelaan saya adalah hanya segelintir orang yang tahu apa yang ada dibalik semuanya, tidak teman sekelas, tidak teman bermain, bahkan tidak dari kamu.
Perjalanan saya kali ini ternyata mendapatkan akhirnya...
Cinta saya kini harus berhenti untuk waktu yang tidak disebutkan jatuh temponya. Pertaruhan saya akan cinta sudah ditangguhkan jatuh di persidangan perdagangan rasa.
Cita yang sudah tak dapat lagi diukir, sudah hilang seketika ketika cinta juga sirna.
Dan semua hal ini saya jadikan cerita yang menurut saya tidak akan dikategorikan bahagia karena memang tidak bahagia dan tidak dikategorikan sedih karena buat saya semuanya hanya kebodohan logika saya saja.

Antara cinta, cita dan cerita semuanya sudah saya catatkan. Saya tidak berharap siapapun melihat tulisan ini, karena tidak akan ada yang tahu dan memperhatikan semuanya.
Saya tidak sentimentil, tapi memang saya hanya ingin menulis ini sebagai bentuk penghormatan bagi rasa saya yang kalah berjuang akibat kebodohan tirani yang terus dipaksakan.


terima kasih kamu.

Rabu, 21 Desember 2011

seperti

Seperti menggambar pada kertas buram secara sepihak dan tidak dapat dibuat hal final karena memang tidak mempunyai apapun untuk dijadikan dalam bentuk akhir.
Seperti membuat sebuah novel tentang seorang kesatria tanpa anda tau seperti apakah kesatria itu akan dibuat.
Seperti halnya membuat sebuah eksperimen pembedahan pada tikus tanpa mempunyai seekor tikuspun untuk diolah.
Seperti seorang atlit panjat tebing yang dengan semangat membara terus mendaki tanpa dia tahu bahwa tebing yang dia daki adalah tak berujung.
Seperti seorang superhero saat dia melawan musuh yang tanpa dia sadari musuh itu adalah dirinya sendiri.
Seperti seorang super star yang sangat berkilauan di atas panggung dan dipuja banyak wanita tanpa tau bahwa dirinya sedang bermimpi.
Banyak sekali kata seperti yang menggambarkan kamu.

" saya tidak akan pernah menyerah sampai kapanpun, terkecuali sudah pada saat dimana diungkapkan bahwa jalan sudah tertutup rapat.. tidak akan ada penyesalan ataupun rasa pesakitan karena yang ada adalah keadaan dimana sudah saatnya menarik semuanya dan pergi dengan berbahagia.. tapi berbeda hal jika tidak disampaikan"

Terlentang Dalam Menunggu

Mengalokasikan sebagian waktu yang dipunya untuk diberikan kepada suatu hal, hmmm.. itu menurut saya pengertian dari menunggu, mungkin memang apabila saya telaah lebih dalam bukan hanya masalah alokasi waktu, tapi juga tenaga dan beberapa space dari hati akan terkuras untuk hanya bisa mengamini kata menunggu itu sendiri. Memang sudah terlalu sering akhir akhir ini melakukan ritual "menunggu" yang didedikasikan mulai dari hal lumrah seperti pekerjaan, sampai hal yang kurang lumrah seperti halnya perasaan.

Dalam suatu ketika dimana semua berkumpul didalam tempurung tengkorak dan mereka berteriak untuk diumbar keluar, tercetus sebuah kekalutan yang memang sudah tidak bisa lagi dielak dan dihindari.. ya saya katakan itu "stuck". Memang kondisi ini mengharuskan si penderita tidak dapat berpikir untuk mencari jalan keluar dan beristirahat untuk sekadar berhayal bahwa pintu keluar itu ada di ujung jari yang saya tunjuk, tetapi memang dibutuhkan sebuah kesabaran lebih untuk tidak mengikuti arah penyempitan pikiran.

Di blog ini memang saya tidak menulis tentang hal hal yang formal, berat, ataupun penting, tapi di blog ini saya menulis apa yang jadi buah pikiran saya saat ini. Saya contohkan adalah pekerjaan yang saya lakukan dan saya akui sedikit bodoh adalah urusan "menunggu" seseorang yang berkaitan dengan perasaan. Mengapa bodoh? saya jawab adalah karena masih banyak hal yang lebih penting untuk dikerjakan selain hal ini dan masih begitu banyak bidang bidang kajian dalam hidup yang lebih bermanfaat untuk dilakukan dan dipelajari, tapi memang ternyata saya hanya manusia biasa yang terkadang merasakan perpindahan orientasi pemikiran begitu cepat termasuk untuk memikirkan hal yang bodoh ini.

Saya sedikit ibaratkan bahwa saya sedang melempar sebuah bola karet untuk dipantulkan kepada tembok besar, tapi ternyata sang bola tidak memantul kembali.. apa jadinya? ya jadinya adalah hal yang disebut searah, atau jika saya asosiasikan dengan jaringan internet itu mungkin anda akan merasakan kekesalan saat membuka situs di sebuah browser dan jaringan anda hanya mengatakan "sent" tanpa ada kata "receive" dan yang anda dapatkan hanya "diam". Terlentang dalam menunggu, berdiri dalam diam..... itu yang saya lakukan saat ini, bukan karena saya ingin, namun saya tidak dapat melakukan hal apapun yang dikarenakan memang belum ada yang saya bisa lakukan. Kesal? ya saya kesal... tapi ya sudahlah..


" Saya harap saya tidak akan merasa cukup untuk menunggu, karena rasa saya masih ada pada tempatnya "

Jumat, 29 Oktober 2010

pesan pada sang perempuan

apa yang ditangkap pada awalnya adalah kau perempuan yang mampu untuk berdiri tanpa ada campur tangan siapapun, kau penyayang karena tampak dari percikan senyum yang kau cipta untuk orang disekitarmu, kau penyabar karena sangat kental terbersit didalam cerita tentangmu, kau kau dan kau yang saya tak tau lagi harus menulis apa tentang kau,

yang jelas saya hanya berpesan padamu..

"berlarilah sesukamu, melompat lalu terbanglah kemanapun kau mau, namun jangan kau lupakan siapa dirimu yang dulu dan yang sebenar benarnya ada pada dirimu"

banyak sekali kata yang bisa ditulis

dimulai dari hari yang sangat menguras otak dan terduduk di sebuah tangga putih tidak terlalu banyak bersama seorang sahabat dan berkata kata seadanya. pembicaraan dimulai dari permasalahan yang lazim antara seorang pria sampai pada politik dan kembali ke topik yang sebenarnya.. sungguh ramai sekali pembicaraan waktu itu,

matahari sudah mulai enggan menunjukkan senyumnya dan gelapnya malam sudah mulai datang, saya dan sahabatpun bergegas untuk menaiki sebuah kendaraan mesin dan pergi dari tempat yang orang bilang sulit untuk diselesaikan itu.

setelah sampai pada sebuah tempat dimana ada dua orang yang sedang bermesraan di sebuah kedai minuman sehat yang katanya asli dari daerah bandung utara itu saya berhenti untuk segera menunggu sahabat yang lain datang untuk menjemput. setibanya seorang sahabat di tempat saya dengan motor merah besarnya tersenyum dan berbicara dengan mengajak untuk segera bergegas dari sana.

singkat cerita kita tiba di sebuah rumah seorang musisi rendah hati di sebuah tempat yang penuh dengan suara riuk air deras, karena kebetulan pada saat itu hujan baru saja berhenti dari rintihannya. kami menunggu sang musisi tiba dari urusannya yang memang sedikit dipusingkan oleh waktu katanya.

mulailah nada demi nada keluar untuk dinyanyikan kami disana sambil menunggu sang musisi tiba dari peraduannya. lagu demi lagu ku tulis di sebuah kotak kecil yang katanya bisa menghubungkan setiap orang dimana saja, ya memang pada saat itu yang ada di otak saya adalah sang perempuan yang saya ceritakan di tulisan saya sebelumnya. ya sudah saya melantunkan saja semuanya dengan harapan saya bisa bertemu dengannya suatu saat..

makin malam sang musisi pun tiba dan tidak banyak kata dia melantunkan lagu lagu buatannya yang memang sangat indah untuk didengar. tidak sedikit lirik lagunya kutuliskan untuk sang perempuan karena memang sangat pas dengan apa yang saya rasakan.

wah tampaknya banyak sekali kata yang bisa ditulis..
intinya dia sudah ada dibagian hati saya..
dunia saya sudah ada dia..
dan semoga dunianya ada saya pada suatu saat nanti..

tak penting sih,tp apa yg saya tulis adalah apa yang saya rasa..

perempuan dengan senyumnya

"dia yang terlalu indah untuk ku tuliskan didalam sebuah lagu
dia yang terlalu indah untuk ku nyanyikan dalam sebuah musik"

apakah kalian pernah percaya dengan cinta pada pandangan pertama?. tentu banyak sekali persepsi mengenai itu, ada yang mengutarakan afirmasi dan ada juga yang sebaliknya, namun apa yang kini dirasa memang sudah seadanya seperti ini.

tepatnya di suatu sore dimana seorang awam yang menulis catatan aneh ini melihat satu sosok yang terang di kejauhan. Wajahnya menyebarkan kebaikan pada sekelilingnya dan aura lembutnya merasuki kesetiap orang yang bertatap dengannya untuk dikasihi dgn hatinya, si awam hanya bisa melihat dan menikmati letupan kilau yang dipancarkan dihadapannya.

mulailah si awam mendeskripsikan bagaimana perangai sang perempuan didalam sebuah buku sketsa yang besar di sebuah padang rumput hatinya untuk mulai digambarkan dengan tidak meninggalkan bekas sedikitpun. gambar demi gambar sudah terbuat, helai demi helai sudah ada dipajangan waktunya.

tak ayal suatu ketika sang awam sedang melihat layar kotak besar yang berisikan gambar berjalan di sebuah tempat di tengah kota, tiba tiba dari kejauhan sang perempuan datang dan duduk tepat disebelah seorang sahabat yang hari itu kebetulan datang menemani. si awam hanya bisa duduk diam dan tak bisa bicara sedikitpun. layaknya suaranya ditelan sebuah karnival bising.

tak mengapa sungguh tak mengapa..
karena esok juga masih ada..
siapa tau produser setiap manusia di atas menuliskan kisah sang awam dan sang perempuan didalam sebuah skenario besar yang indah..semoga..