Jumat, 29 Oktober 2010

pesan pada sang perempuan

apa yang ditangkap pada awalnya adalah kau perempuan yang mampu untuk berdiri tanpa ada campur tangan siapapun, kau penyayang karena tampak dari percikan senyum yang kau cipta untuk orang disekitarmu, kau penyabar karena sangat kental terbersit didalam cerita tentangmu, kau kau dan kau yang saya tak tau lagi harus menulis apa tentang kau,

yang jelas saya hanya berpesan padamu..

"berlarilah sesukamu, melompat lalu terbanglah kemanapun kau mau, namun jangan kau lupakan siapa dirimu yang dulu dan yang sebenar benarnya ada pada dirimu"

banyak sekali kata yang bisa ditulis

dimulai dari hari yang sangat menguras otak dan terduduk di sebuah tangga putih tidak terlalu banyak bersama seorang sahabat dan berkata kata seadanya. pembicaraan dimulai dari permasalahan yang lazim antara seorang pria sampai pada politik dan kembali ke topik yang sebenarnya.. sungguh ramai sekali pembicaraan waktu itu,

matahari sudah mulai enggan menunjukkan senyumnya dan gelapnya malam sudah mulai datang, saya dan sahabatpun bergegas untuk menaiki sebuah kendaraan mesin dan pergi dari tempat yang orang bilang sulit untuk diselesaikan itu.

setelah sampai pada sebuah tempat dimana ada dua orang yang sedang bermesraan di sebuah kedai minuman sehat yang katanya asli dari daerah bandung utara itu saya berhenti untuk segera menunggu sahabat yang lain datang untuk menjemput. setibanya seorang sahabat di tempat saya dengan motor merah besarnya tersenyum dan berbicara dengan mengajak untuk segera bergegas dari sana.

singkat cerita kita tiba di sebuah rumah seorang musisi rendah hati di sebuah tempat yang penuh dengan suara riuk air deras, karena kebetulan pada saat itu hujan baru saja berhenti dari rintihannya. kami menunggu sang musisi tiba dari urusannya yang memang sedikit dipusingkan oleh waktu katanya.

mulailah nada demi nada keluar untuk dinyanyikan kami disana sambil menunggu sang musisi tiba dari peraduannya. lagu demi lagu ku tulis di sebuah kotak kecil yang katanya bisa menghubungkan setiap orang dimana saja, ya memang pada saat itu yang ada di otak saya adalah sang perempuan yang saya ceritakan di tulisan saya sebelumnya. ya sudah saya melantunkan saja semuanya dengan harapan saya bisa bertemu dengannya suatu saat..

makin malam sang musisi pun tiba dan tidak banyak kata dia melantunkan lagu lagu buatannya yang memang sangat indah untuk didengar. tidak sedikit lirik lagunya kutuliskan untuk sang perempuan karena memang sangat pas dengan apa yang saya rasakan.

wah tampaknya banyak sekali kata yang bisa ditulis..
intinya dia sudah ada dibagian hati saya..
dunia saya sudah ada dia..
dan semoga dunianya ada saya pada suatu saat nanti..

tak penting sih,tp apa yg saya tulis adalah apa yang saya rasa..

perempuan dengan senyumnya

"dia yang terlalu indah untuk ku tuliskan didalam sebuah lagu
dia yang terlalu indah untuk ku nyanyikan dalam sebuah musik"

apakah kalian pernah percaya dengan cinta pada pandangan pertama?. tentu banyak sekali persepsi mengenai itu, ada yang mengutarakan afirmasi dan ada juga yang sebaliknya, namun apa yang kini dirasa memang sudah seadanya seperti ini.

tepatnya di suatu sore dimana seorang awam yang menulis catatan aneh ini melihat satu sosok yang terang di kejauhan. Wajahnya menyebarkan kebaikan pada sekelilingnya dan aura lembutnya merasuki kesetiap orang yang bertatap dengannya untuk dikasihi dgn hatinya, si awam hanya bisa melihat dan menikmati letupan kilau yang dipancarkan dihadapannya.

mulailah si awam mendeskripsikan bagaimana perangai sang perempuan didalam sebuah buku sketsa yang besar di sebuah padang rumput hatinya untuk mulai digambarkan dengan tidak meninggalkan bekas sedikitpun. gambar demi gambar sudah terbuat, helai demi helai sudah ada dipajangan waktunya.

tak ayal suatu ketika sang awam sedang melihat layar kotak besar yang berisikan gambar berjalan di sebuah tempat di tengah kota, tiba tiba dari kejauhan sang perempuan datang dan duduk tepat disebelah seorang sahabat yang hari itu kebetulan datang menemani. si awam hanya bisa duduk diam dan tak bisa bicara sedikitpun. layaknya suaranya ditelan sebuah karnival bising.

tak mengapa sungguh tak mengapa..
karena esok juga masih ada..
siapa tau produser setiap manusia di atas menuliskan kisah sang awam dan sang perempuan didalam sebuah skenario besar yang indah..semoga..